09 Juli 2018 - MTsN 25 Jakarta Timur
Pelatihan Guru Fasilitator Angkatan V, Lapangan Kecil & IGI
03 Juli 2018 - Hotel Bidakara, Jakarta
WNPG (Widyakarya Pangan Gizi Nasional) XI 2018, LIPI Kemenkes
28 Juni 2018 - Hotel Park Lane, Jakarta
Finalisasi Pedoman Penganan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana, Direktorat Gizi Kemenkes
06 Juni 2018 - Waingapu, Sumba Timur
Pelatihan Aksi Berantas Malaria, Perdhaki
05 April 2018 - Aston Hotel, Bogor
Membangun kedekatan dalam organisasi BRG,
21 Maret 2018 - Hotel Ibis, Menteng Jakarta
Sharing Non-maintsream Behavioral Change Communication, Vitamin Angels
29 Januari 2018 - Jakarta
Ujicoba Pedoman Gizi Seimbang Kelompok Anak Usia Sekolah & Remaja, GAIN
24 Januari 2018 - Melrimba, Puncak, Cianjur
Membangun Keakraban dalam Komunitas Kelurahan, Kelurahan Bojongsari Depok
Sikap pesimis atau optimis lebih mudah diketahui saat kita menghadapi kegagalan. Perhatikan tanggapan yang terlontar atau untuk melihat sikap kita sendiri, perhatikan self-talk atau komunikasi dalam diri (intrapersonal) yang berkembang.
Dari banyak aspek, ada dua aspek yang mudah dikenali, yaitu 1) apakah sifatnya cenderung temporer (sementara) atau permanen (cenderung kekal)?; dan 2) seberapa spesifik dan pervasive (merambah ke mana-mana, serba mencakup)
“Saya tidak punya bakat”; “Saya memang pecundang”; “Bukan jalan saya”; “Takdir saya seperti ini saja” adalah contoh-contoh tanggapan yang cenderung permanen, melekat dan sulit diubah.
Contoh-contoh di atas bukan hanya permanen, namun juga pervasive karena yang dikemukakan sebetulnya bisa mempengaruhi banyak hal lainnya. Kalau kasusnya adalah berdagang kambing dan orang itu mengatakan tidak punya bakat, maka kegagalan dalam berdagang kambing dapat mempengaruhi semangat dia berdagang produk atau jasa lainnya.
Tanggapan yang permanen dan pervasive adalah contoh pesimisme yang kuat.
Berbeda bila tanggapan yang muncul adalah “(Gagal) gara-gara telat sewa lahan”; “Begini ini (gagal) kalau tidak hati-hati memilih kasir”; “Belum bisa bagi waktu (akibatnya gagal”). Contoh-contoh itu adalah tanggapan yang temporer (karena bisa diperbaiki dalam waktu berikutnya) dan juga spesifik terkait masalah tertentu.
Bagi pendamping, tanggapan optimislah yang perlu dikembangkan pada diri dampingan. Dalam tanggapan yang optimis, ada harapan untuk memperbaiki keadaan. Tugas pendamping adalah bersama dampingan mendiskusikan lebih lanjut opsi-opsi untuk perbaikan isu-isu spesifik yang muncul (dari contoh di atas: jadwal kerja, seleksi personel dan manajemen waktu.)
Yang menjadi tantangan adalah bila tanggapannya pesimistik. Pendamping mesti kerja ekstra, berdialog dengan dampingan untuk menemukan aspek-aspek yang bisa dikategorikan lebih temporer dan spesifik sifatnya.
Kerja harus benar-benar ekstra karena sebagian orang tidak jujur. Secara lisan mengatakan “Belum bisa bagi waktu (akibatnya gagal”), namun di dalam hati percaya bahwa “Saya tidak punya bakat”.
Padahal, self-talk jauh lebih kuat dan mengikat ketimbang lisan. Kalau pikiran dan hati sudah terikat pesimisme, orang sebetulnya sedang tidak berharap lagi. Saat gagal, terasa sulit bangkit kembali. Kalaupun masih ada nafas, usahanya setengah hati, seolah menunggu gagal total.
Risang Rimbatmaja
www.lapangankecil.org